KABARMASA.COM, PIRU - Foorum Ikatan Mahasiswa Pulau Manipa (FIMPM)
Menuntut keras panitia penyelenggara kegiatan pesangan tiang Alif mesjid tumalehu barat, dan dua kepala desa setempat untuk bertanggung jawab atas kejadian tersebut
Forum Ikatan Mahasiswa Pulau Manipa (FIMPM) menyampaikan perihal pemberitaan terkait penyerangan terhadap kepada kepala desa dan staf desa sama sekali tidak terjadi dan hal tersebut tidak benar sesuai realita. Di karenakan tidak ada penyerangan terhadap kepala desa dan staf desa masawoi hal ini di sampaikan oleh A.T. mahasiswa manipa
Lanjutnya A.T. Permasalahan yang terjadi bukan penyerangan kepada kelapa desa dan staf nya akan tetapi Pokok perkara dan kronologi kejadian berawal dari Abdur Rasid Elly, yg di mana awal kejadian Abdu Rasid Elly, dan Nurdin nuruli terjadi cekcok baku pukul, dikarenakan Nurdin Nuruli berkata kepada Abdu Rasid Elly, BARANG KAMONG MAU APA, sambil melakukan pemukulan duluan.
Dari hal itu sehingga Muhammad silawane (Maatora) juga mengikut melakukan pemukulan terhadap Abdur Rasid Elly, sehingga Abdur Rasid Elly punya jam tangan da Songko hilang sampai skrang, Sambung Abdul T. Mahasiswa manipa
Abdul T mahasiswa manipa juga menyampaikan bahwa, anak-anak dari Abdur Rasid Elly dan Saleh Talapuka tidak terima karena telah melakukan pemukulan terhadap orang tua mereka, dan mereka juga melakukan pembelaan terhadap apa yg sudah Nurdin Nuruli dana Muhammad silawane (Amatora) lakukan penyerangan terhadap orang tua mereka dan terjadilah perkelahian antara mereka menggunakan tangan kosong.
Abdul. T mahasiswa manipa juga menyampaikan Jika di lihat dari permasalahan yng terjadi maka yg punya peran aktif dan bertanggung jawab atas peristiwa kejadian baku pukul tersebut yaitu dari panitia penyelenggara kegiatan pesangan tiang Alif mesjid tumalehu barat, dan kapala desa tumalehu yg punya wilayah kerjanya juga tanggung jawab sepenuhnya kegiatan tersebut.
Berikutnya bertanggung jawab atas peristiwa kejadian yaitu kepala desa masawoi Ibrahim Nuruli, di karenakan sebagai seorang pimpinan dia perlu memanggil itu orang-orang yang melakukan baku pukul untuk mengambil jalan tengah dalam proses penyelesaian masalahnya agar tidak berdampak terhadap kepemimpinan nya, Sambung Abdul. T mahasiswa manipa
Abdul T. Mahasiswa manipa berpendapat bahwa pemerintah negeri masawoi, yg dibawah kepemimpinan Abrahim nuruli. Tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada masyarakat yang di pimpinnya. Oleh karena itu perlu di pertanyakan apa fungsi, peran, tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin di desa, kalau sama sekali tidak bisa untuk mengatasi permasalah yg terjadi.
Akan tetapi Kapala desa negri masawoi, Ibrahim nuruli ikut ambil peran dalam melaporkan korban dan menjadi saksi mata untuk memberatkan tersangka. Apakah itu fungsi, peran, tugas dan tanggung jawab nya sebagai seorang pemimpin yg perlu di contohkan, sambung Abdul.T mahasiswa manipa
Sebagai seorang Kapala desa atau pemimpin di dalam desa harus mengatasi konflik bukan menambah konflik atau memperpanjangkan permasalahan-permasalahan yang terjadi kepada masyarakat nya. Tujuan dalam hal ini adalah untuk menjaga keharmonisan dan memastikan konflik tidak mengganggu produktivitas. Oleh karena itu, seorang Kapala desa (pemimpin) harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang efektif dan membangun hubungan yang baik di masyarakat
Abdul.T mahasiswa manipa MENUNTUT KERAS Kapala desa (Ibrahim Nuruli) untuk bertanggung jawab juga berperan aktif atas permasalahan yang terjadi pada masyarakatnya terhadap semua yang dilihatnya. Itu berarti, dia juga bertanggung jawab atas apa yang dilihat terhadap kejadian yg melibatkan anggota masyarakat nya serta tim yang dipimpinnya. Dia bertanggung jawab atas hasil-hasil yang dicapainya, baik hasil yang baik maupun hasil yang buruk.
Kapada desa Ibrahim Nuruli bertanggung jawab untuk memulai komunikasi secara proaktif. Ketika kesalah pahaman terjadi dan gossip timbul, tugasnya Kapala desa bertanggung jawab untuk meluruskan dan membangun komunikasi agar kesalahpahaman tidak muncul lagi, aka tetapi Kapala desa masawoi Ibrahim Nuruli lari dari fungsi, peran dan tanggung jawab dia sebagai pemimpin masyarakatnya sambung Abdul. T. mahasiswa manipa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian kepemimpinan adalah yang memiliki arti mengarahkan, membina, mengatur, memimpin, menunjukkan, atau mempengaruhi. Menjadi pemimpin adalah menjadi orang yang bisa jadi panutan, baik dalam kinerja maupun integritas. Ia harus hidup sesuai dengan nilai-nilai etika baik yang dianutnya.
pemimpin harus mengutamakan, membela dan mendahulukan kepentingan umat, menegakkan keadilan, melaksanakan syari'at, berjuang menghapus segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan, dan fitnah, sebagaimana Firman Allah SWT. Dalam Alquran, Surat Al-Maidah: 8. Keenam, pemimpin harus memiliki bayangan sifat-sifat Allah swt yang terkumpul dalam Asmaul Husna dan sifat-sifat Rasul-rasul-Nya. SAMBUNGAN, abdul.T mahasiswa manipa
Karakter yang harus dimiliki dalam sebuah kepemimpinan adalah: Pertama, Shidiq (jujur). Seorang pemimpin wajib berlaku jujur dalam melaksanakan pekerjaannya. Jujur dalam arti luas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ngada fakta, tidak bekhianat, serta tidak pernah mengingkar janji dan sebagainya. Mengapa harus jujur? Karena berbagai tindakan tidak jujur selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas dosa, jika biasa dilakukan, juga akan mewarnai dan berdampak negatif terhadap kehidupan pribadi dan keluarga pemimpin itu sendiri. Terlebih lagi, sikap dan tindakan yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Kepemimpinan dalam Islam selalu menjadi tajuk rencana. Kepemimpinan
adalah sebuah organ untuk menggapai keinginan luhur sebuah bangsa dan negara
yaitu menjadi suatu bangsa yang bahagia, sejahtera, dan damai di bawah lindungan
Allah. El Syam menjelaskan kepemimpinan yang dipraktikkan Nabi Muhammad
dengan menciptakan tatanan masyarakat madani, dapat dijadikan proyek
percontohan dalam membangun struktur masyarakat modern.5
Pada konteks Indonesia, kepemimpinan juga menjadi elemen yang
terpenting. Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(selanjutnya ditulis UUD 1945) secara jelas mengatakan bahwa pemimpin menjadi
organ negara yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menjalankan roda
pemerintahan negara dengan tujuan untuk menghadirkan rasa keadilan, persamaan,
kemerdekaan, dan kesejahteraan untu semua warga. Presiden menjadi pemimpin
negara dan pemerintahan Indonesia. Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat
untuk berjanji dan bertugas untuk melaksanakan kedaulatan rakyat berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku. Berdasarkan gambaran di atas,
ulisan ini akan mengkaji tentang harmonisasi nilai kepemimpinan dalam Islam dan
UUD 1945.
Pembahasan yang paling fenomenal antara Allah dan Malaikat adalah
persoalan tentang penciptaan manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi.
Peristiwa ini terekam dalam QS. al – Baqarah/2:30 sebagai berikut:
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada Malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Pada bagian yang lain terdapat pula frasa ulil amri yang semakna dengan kata
pemimpin. Hal ini ditemukan dalam Qs. An-Nisa/4: 59 sebagai berikut:
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian apabila engkau berbeda pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Demikian itu lebih baik
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ulil amri atau pemerintah merupakan orang yang mendapat tanggungjawab
untuk mengatur urusan orang lain dan khadimul umat (pelayan umat) dengan
pengertian seorang pemimpin harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan
masyarakat.6 Kemudian, kata kepemimpinan juga dapat disandarkan pada kata
Malieta Jadi Esa