KABARMASA.COM, JAKARTA- Sekretaris Umum HMI Cabang Jakarta Pusat-Utara, Azzuhri Rauf, merespon kenaikan BBM dengan menyatakan sikap dalam keterangan tertulisnya.
"Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang saat ini menjadi aset sosial sekaligus kekuatan civil society dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan ini menyatakan secara Tegas: Menolak Kenaikan BBM Non subsidi yang dilakukan oleh Pemerintah karena akan mengorbankan kondisi ekonomi rakyat" Senin, (02/10/2023).
Pasalnya, PT Pertamina (Persero) resmi melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi mulai hari ini, Minggu, 1 Oktober 2023. Sebagai informasi, setidaknya terdapat lima jenis BBM yang mengalami kenaikan harga diantaranya yakni Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan Pertamax Green 95.
Kebijakan untuk menetapkan harga jual ini dinyatakan dalam Kepmen (Keputusan Menteri ESDM) Nomor 62.K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum dan/atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
Sekretaris Umum HMI Cabang Jakarta Pusat-Utara, kemudian menyampaikan dasar penolakannya atas Kepmen tersebut.
"Keputusan Pemerintah ceroboh karena hanya fokus pada Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi tanpa mempertimbangkan kemerosotan ekonomi, efesiensi, dan rasa empatik terhadap rakyat yang akan menderita apabila terjadi kenaikan BBM serta panik buying yang ditimbulkan dari persoalan tersebut." Tegasnya
Azzuhri Rauf juga menambahkan bahwa persoalan Formula harga dasar untuk perhitungan harga jual eceran jenis BBM umum (JBU) Jenis BBM dan Minyak Solar justru menjadi suatu kebijakan yang akan berdampak pada rakyat miskin dimana saat ini harga pangan sedang naik sehingga resiko terjadinya inflasi begitu besar. Apalagi jika ditambah dengan kenaikan BBM.
"Selama ini rakyat sudah dibuat sengsara dengan berbagai kebijakan Pemerintah yang tidak memperhitungkan rakyat kecil. Misal BBM terus naik tapi upah Buruh, nelayan, petani, dll, masih saja stagnan. Sekarang Pemerintah telah menaikkan lagi harga BBM (non subsidi), ini kan nantinya akan berpengaruh juga pada daya beli karena semua nantinya jadi mahal. Dan pada akhirnya rakyat miskin yang selalu jadi korban". Jelas Azzuhri Rauf
Baginya, meskipun jenis BBM yang dinaikkan adalah BBM Non Subsidi, akan tetapi kenaikan tersebut justru berpotensi akan mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat kelas bawah. Oleh karena itu ia mengkritik pemerintah dengan mengatakan bahwa Pemerintah perlu melakukan perbaikan dalam tiga hal:
Pertama, perbaikan kebijakan dalam tata kelola BBM agar tepat sasaran sehingga tidak berdampak pada masyarakat yang tidak mampu. Kedua, penyesuaian harga BBM non subsidi yang diberlakukan untuk bisa menjamin ketersediaan BBM di dalam negeri hanya merupakan tipu muslihat untuk menguntungkan golongan elit. Karena itu yang perlu dilakukan bukan malah menaikkan harga BBM tapi memberantas Mafia Migas dan Mafia Pertambangan karena mereka pelaku dibalik krisis atau langkahnya stock peredaran minyak di dalam negeri.
Ketiga, jika pemerintah ingin meningkatkan besaran pajak untuk menopang APBN ataupun PAD, seharusnya, solusinya bukan meningkatkan harga BBM tapi meningkatkan pendapatan masyarakat. Bagaimana mungkin produktifitas masyarakat bisa tinggi kalau kendaraan yang dibutuhkan untuk menopang itu justru dipersulit. Bahkan bila perlu pemerintah harusnya mencabut kenaikan tarif dasar listrik. Itu lah yang substansial. Tapi malah cendrung membuat kebijakan yang dungu sehingga hanya menguntungkan kelas atas sehingga sekat sosialnya semakin lebar.
Terakhir, pria yang akrab disapa Sekum Zuhry itu mengkritik terkait ketidaksetaraan harga disetiap wilayah sehingga kenaikan harga BBM ini dinilai tidak memiliki asas keadilan.
"Formulasi pemerintah menaikkan Harga BBM Non Subsidi seolah tidak mempertimbangkan masyarakat yang berada diluar pulau Jawa yang secara pendapatan perkapitanya masih jauh dibandingkan masyarakat yang ada di Jawa. Jika keputusan ini benar-benar di terapkan, bagaimana nasib para buruh, petani, nelayan, tenaga honorer, usaha mirko, dan sektor informal di berbagai daerah diluar Jawa yang bahkan dalam gambaran ekonomi selama dua tahun terakhir ini berada dalam kondisi terpuruk" tegasnya.
Karena itu, mewakili HMI Cabang Jakarta Pusat-Utara, Azzuhri Rauf selaku Sekretaris Umum menegaskan akan melakukan konsolidasi Akbar menuju Aksi Demontrasi MENOLAK KENAIKAN BBM yang dilakukan oleh Pemerintah tidak memiliki nilai urgensi, bahkan hanya akan memperkeruh berbagai sektor, menyebabkan inflasi, sampai pada meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan.
"Kami akan menyambangi dan memboikot kantor ESDM, Kantor Pusat PT. PERTAMINA, bahkan Istana Presiden, untuk menunjukkan sikap independensi (kecendrungan terhadap kebenaran) kami sebagai kader umat - kader bangsa, yang sekaligus menjadi harapan masyarakat Indonesia untuk membela kaum tertindas dan kaum miskin kota. Untuk itu sekali lagi kami katakan, HMI khususnya Cabang Jakarta Pusat-Utara Menolak dengan tegas segala bentuk Kenaikan Harga BBM." Tutup Azzuhri Rauf.