KABARMASA.COM, JAKARTA– Upaya peningkatan efisiensi dalam distribusi hasil panen terus dilakukan di sektor pertanian Indonesia guna memastikan produk tetap segar dan berkualitas saat sampai ke konsumen. Salah satu solusi utama yang semakin mendapat perhatian adalah implementasi cold chain logistics, yaitu sistem rantai dingin yang menjaga kondisi optimal produk pertanian selama penyimpanan dan distribusi.
“Cold chain logistics mencakup berbagai proses, termasuk penyimpanan, transportasi, dan distribusi dengan pengaturan suhu yang terkendali. Teknologi ini menjadi sangat penting bagi komoditas pertanian yang mudah rusak, seperti sayur, buah, daging, serta produk olahan susu. Dengan mempertahankan suhu yang stabil, produk pertanian dapat memiliki masa simpan lebih lama, meminimalkan pembusukan, serta tetap menjaga nilai gizi dan kualitasnya” ujar Dr. Atong Soekirman, S.E., M.M, (07/03/2025).
Dr. Atong Soekirman, S.E., M.M merupakan seorang Dosen Pascasarjana di Institut Transportasi dan Logistik Trisakti dan Anggota Senat Akademik Periode 2024-2029, pengampu mata kuliah Manajemen Logistik, Manajemen Rantai Pasok, dan Manajemen Keuangan Sektor Transportasi, memiliki pengalaman 8 (Delapan) tahun dalam bidang Kebijakan Pengembangan Industri Nasional dan Kebijakan Logistik Nasional.
Lebih lanjut, ia menyampaikan "Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, sekitar 30-40% hasil pertanian di Indonesia mengalami kerusakan sebelum mencapai konsumen akibat lemahnya sistem penyimpanan dan distribusi. Kondisi ini tidak hanya merugikan petani, tetapi juga menurunkan daya saing produk pertanian di pasar domestik maupun global. Oleh karena itu, cold chain logistics menjadi faktor krusial dalam memperkuat ketahanan pangan nasional".
"Sejumlah perusahaan logistik dan startup yang bergerak di bidang teknologi pertanian mulai menginvestasikan sumber daya mereka untuk mengembangkan cold chain logistics guna mendukung industri pertanian. Mereka menyediakan fasilitas penyimpanan berpendingin, transportasi dengan pengaturan suhu otomatis, serta teknologi pemantauan berbasis Internet of Things (IoT) guna memastikan stabilitas suhu sepanjang rantai distribusi. Inovasi ini diharapkan dapat membantu petani dan pelaku bisnis agribisnis dalam meningkatkan efisiensi serta memperluas pasar", Imbuhnya.
Ia juga menegaskan pentingnya peran pemerintah serta pihak swasta dan para akademisi.
"Meski demikian, implementasi cold chain logistics di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur, biaya investasi yang tinggi, serta kurangnya pemahaman di kalangan petani mengenai manfaat sistem ini. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi sangat dibutuhkan untuk mempercepat adopsi cold chain logistics dalam sektor pertanian. Pemerintah dapat berkontribusi dengan menyediakan insentif, regulasi yang mendukung, serta program pelatihan bagi petani agar lebih siap dalam memanfaatkan teknologi ini". tegasnya.
Dengan semakin luasnya penerapan cold chain logistics dalam sektor pertanian Indonesia, diharapkan dapat mengurangi pemborosan pangan, meningkatkan kesejahteraan petani, serta memperkokoh ketahanan pangan nasional. Seiring perkembangan teknologi dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya rantai dingin dalam distribusi pertanian, produk-produk pertanian Indonesia dapat lebih bersaing di tingkat domestik maupun internasional, pungkas Dr. Atong Soekirman, S.E., M.M.
No comments:
Post a Comment