Kronologi Kematian Marsinah

KABARMASA.COM, JAKARTA - Marsinah adalah seorang buruh yang aktif dalam gerakan buruh di Indonesia pada tahun 1990-an. Ia merupakan salah satu aktivis buruh perempuan masa Orde Baru yang menjadi korban pembunuhan karena suara lantangnya menyuarakan hak pekerja. Sebelum ditemukan tewas mengenaskan pada tanggal 8 Mei 1993, Marsinah sempat menghilang beberapa hari sejak tanggal 5 Mei 1993 malam. Baca juga: Kontras Paparkan 10 Kasus Pelanggaran HAM yang Diduga Melibatkan Soeharto Sekilas Tentang Marsinah Marsinah lahir pada 10 April 1969 di Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur. Sejak usia tiga tahun ia ditinggal mati oleh ibunya dan kemudian diasuh oleh neneknya. Desakan ekonomi yang sulit kemudian membuat dirinya tidak melanjutkan ke perguruan tinggi melainkan meninggalkan desa mencari pekerjaan di beberapa kota. Ia sempat bekerja di pabrik sepatu Bata Surabaya tahun 1989, lalu pindah ke pabrik arloji Empat Putra Surya di Rungkut Industri, lalu pindah ke cabangnya yakni PT. Catur Putera Surya di Siring, Porong, Sidoarjo. Di pabrik arloji tersebut, Marsinah mulai melancarkan gerakan buruhnya dengan memimpin beberapa aksi massa menuntut kesejahteraan pekerja.

Gerakan Marsinah Pada pertengahan April 1993, upah pekerja naik sebesar 20 persen berdasarkan SE Gubernur Jawa Timur. Pada minggu-minggu itu, Marsinah bersama kawan-kawannya menyuarakan tuntutan kenaikan upah harian dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.250, cuti hamil, cuti haid, dan upah lembur. Ia juga menuntut untuk membubarkan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di PT. Catur Putera Surya (PT CPS) karena dianggap tidak mewakili para buruh. Tuntutan yang tak kunjung berbuah tersebut dilanjutkan dengan aksi yang lebih besar lagi terhitung mulai tanggal 3 Mei 1993. Pada tanggal tersebut, seluruh buruh PT CPS melakukan aksi mogok kerja. Hanya kepala bagian dan staf saja yang masuk kerja.

Marsinah di hari itu juga sempat berangkat ke Depnaker Surabaya mencari data tentang upah pokok regional yang akan dijadikan dasar penguat tuntutan gerakan mereka. Pada tanggal 4, seluruh karyawan pabrik masuk pagi serentak dengan tujuan melakukan aksi unjuk rasa atas 12 tuntutan yang dibawanya. Di antaranya kenaikan upah, tunjangan Rp 550 per hari meskipun absen, dan lain-lainnya. Pada tanggal tersebut hingga keesokan harinya, perundingan masih berlanjut. Namun ketika siang harinya, 13 orang ditangkap Koramil karena dianggap provokator. Siang di tanggal 5, Marsinah sempat mendatangi Koramil untuk menanyakan keberadaan 13 orang tersebut, namun pada malamnya sekitar pukul 10, Marsinah menghilang.

Marsinah Menghilang Sejak malam itu hingga tanggal 8, keberadaan Marsinah masih menjadi misteri hingga pada tanggal 9 terdengar kabar Marsinah ditemukan di sebuah gubuk di dekat hutan Wilangan, Nganjuk. Saat ditemukan, Marsinah telah menjadi mayat dengan posisi melintang dengan keadaan yang mengenaskan. Sekujur tubuhnya penuh luka bekas pukulan benda tumpul, kedua pergelangannya lecet, tulang punggungnya hancur, di sela-sela pahanya terdapat bercak-bercak darah. Berdasarkan penyelidikan, Marsinah diduga juga sempat diperkosa sebelum dibunuh, tepatnya sehari sebelum ditemukan yaitu pada tanggal 8 Mei. Ditemukannya Marsinah dalam kondisi demikian sontak menggegerkan masyarakat Indonesia khususnya para aktivis HAM. Orang-orang yang dianggap berada dibalik pembunuhan ini masih menjadi kontroversi meskipun sebelumnya telah ada tersangka yang berasal dari petinggi PT CPS.

Referensi: Yusuf, M. (2011). Refleksi Tiga Belas Tahun Pejuang Buruh Perempuan (Kasus Tragedi Marsinah). Muwazah, 3(1).

Share:

No comments:

Post a Comment






Youtube Kabarmasa Media



Berita Terkini

Cari Berita

Label

Arsip Berita

Recent Posts