KABARMASA.COM,
JAKARTA - Kereta Api (KA) 121 Brantas relasi Pasar
Senen-Blitar mengalami kecelakaan pada Selasa malam (18/7/2023). Insiden
tersebut cukup mengagetkan mengingat jumlah kecelakaan kereta api di Indonesia
terbilang jarang dalam beberapa tahun terakhir.
Seperti diketahui,
kecelakaan terjadi karena KAI Brantas menabrak truk tronton di JPL 6 Km
1+523 petak jalan Jerakah-Semarang Poncol. Dalam keterangan resmi
PT KAI disebutkan, KA 112 Brantas membawa 4 kereta kelas eksekutif, 6 kereta
kelas ekonomi dan 1 kereta pembangkit.
Kecelakaan juga
mengakibatkan kebakaran yang cukup parah di badan kereta. Merujuk data
Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkeretapiaan Kementerian Perhubungan, jumlah
kecelakaan kereta api jauh menurun dibandingkan periode awal 2000an.
Jumlah kecelakaan kereta api pada 2007 masih mencapai 139 kemudian naik menjadi
126 pada 2008.
Kecelakaan menurun drastis dalam empat tahun terakhir. Rata-rata kecelakaan
kereta api pada 2019-2022 hanya 13,75.
Korban meninggal akibat kecelakaan kereta api juga
turun drastis dari 45 jiwa pada 2008 menjadi 0 pada periode 2019-2022. Kecelakaan
kereta api dalam empat tahun terakhir didominasi oleh insiden anjlokan.
Merujuk data Ditjen Perkeretapiaan, jenis kecelakaan kereta api dibagi menjadi
lima kategori yakni tabrakan dengan kereta lain, anjlokan, terguling,
banjir/longsor, dan lainnya.
Dari 55 kecelakaan kereta api pada 2019-2022, hanya satu
kecelakaan yang merupakan insiden tabrakan dengan kereta lain, satu kali
insiden terguling, dan satu karena banjir/longsor. Selebihnya kecelakaan
tersebut adalah insiden anjlok.
Indonesia sendiri pernah beberapa kali mengalami
insiden parah terkait kereta api:
1. Kecelakaan Kereta
Api Padang Panjang, 22 Desember 1944
Kecelakaan menyebabkan
200 orang tewas serta 250 orang lain luka-luka dalam kecelakaan di Singgalang
Kariang, Padang Panjang (sekarang di lokasi rest area Lembah Anai, Sumbar) yang
memang cukup terjal sehingga rawan kecelakaan.
Kecelakaan disebabkan rem blong sehingga terjadi slip roda lokomotif
hingga keluar rel.
2. Tragedi Bintaro, 19 Oktober
1987
Sebanyak 156 orang
tewas dan 300 orang terluka dalam kecelakaan kereta api di Pondok Betung,
Bintaro. Tabrakan yang juga dikenal dengan Tragedi Bintaro itu merupakan adu
kepala kereta dalam kecepatan tinggi yaitu antara KA 220 Patas Merak dan KA
lokal 225.
KA Rangkas membawa
tujuh rangkaian gerbong dan bergerak dari Tanah Abang menuju Merak. Sementara itu, KA Merak bergerak
menuju Tanah Abang dari Rangkasbitung.
Kedua kereta meluncur dengan cepat dan saling bertabrakan pada pukul 06:45 WIB.
Jumlah korban sangat besar mengingat
kereta sangat penuh hingga penumpang banyak yang bergelantungan.
3.
Kecelakaan kereta api uap Bumel, 20 September 1968
Kecelakaan terjadi di desa Ratu Jaya, Cipayung, Jawa Barat, yang dekat dengan
Stasiun Citayam. Insiden terjadi karena tabrakan antara kereta api uap
Bumel dengan kereta api cepat berlokomotif diesel modern.
Sebanyak 116 orang tewas sementara puluhan orang lainnya mengalami luka
baik ringan maupun berat.
4.
Kecelakaan kereta api di Brebes, 25 Desember 2001
Merujuk data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kecelakaan
terjadi pada 25 Desember 2001 sekitar jam 04.33 WIB. Sebanyak 31
orang tewas dalam kecelakaan tersebut sementara 51 lainnya mengalami luka
berat.
Kereta Api 146
menabrak Kereta Api 153 Gaya Baru Malam Selatan yang sedang menunggu
bersilangan di sepur 3 emplasemen stasiun Ketanggungan Barat. Kereta Api 146
berangkat dari stasiun Kejaksan Cirebon pada jam 03:36 dengan mengalami
keterlambatan 2 jam 30 menit dari jadwal yang seharusnya.
Tabrakan tersebut terjadi dikarenakan KA 146 melanggar sinyal masuk stasiun
Ketanggungan Barat yang beraspek merah (tanda bahwa kereta harus berhenti).
5. Kecelakaan KRL di Ratu
Jaya Depok, 2 November 1993
Sebanyak 20 orang
meninggal dan 100 orang terluka dalam kecelakaan Kereta Rel Listrik (KRL) Ratu
Jaya Depok.
Kecelakaan bermula dari kesalahan informasi antara antara
petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) di pemberangkatan Stasiun Depok
Lama dan Stasiun Citayam.
Petugas
memberangkatkan KRL dari Depok Lama tanpa memberitahu kepada petugas di
Citayam. Petugas di Citayam memberangkan KRL sehingga dua kereta yang
berlawanan arahpun saling bertabrakan.
Sebagai catatan, kereta pada tahun masih menggunakan jalur tunggal.
6.
Insiden tumburan KA Kertajaya dengan KA Sembrani pada 14 April 2006
Sebanyak 14 orang
tewas dalam kecelakaan KA Kertajaya yang bertabrakan dengan KA Sembrani di
Stasiun Gubug, Grobogan (Jateng).
Merujuk datatan KNKT, tumburan
terjadi antara KA 150 Kertajaya dengan KA 40 Sembrani di wesel empat di sebelah
Timur stasiun Gubug pada jam 02.10.
Pada jam 02.10 WIB, KA 40
Sembrani dengan kecepatan normal sekitar 70 Km/jam masuk dari arah Semarang.
Masinis melihat jalurnya terhalang (tidak bebas) dan beraksi melakukan
pengereman darurat (emergency brake)
kemudian menunduk. Lokomotif KA 40 menabrak KA 150 yang sedang berusaha
berjalan mundur.
Tabrakan terjadi pada lokasi wesel. Lokomotif KA Sembrani menabrak lokomotif KA
Kertajaya. Akibat insiden tersebut, lokomotif KA Sembrani berikut tiga
keretanya terguling di sawah sebelah selatan rel (arah kanan dari datangnya
kereta), dan dua kereta lainnya anjlok.
Lokomotif KA Kertajaya
terlempar kearah utara rel (arah kiri terhadap datangnya kereta). Kedua
bogienya terlepas, bahkan satu bogie terpisah dan terlempar masuk ke sawah di
sebelah kanal rel sejauh sekitar 50 meter.
7.
Tabrakan KRL vs Tangi Pertamina, 9 Desember 2013
Tujuh orang meninggal,
termasuk masinis, asisten masinis, dan teknisi KRL Serpong-Stasiun Tanah Abang
dalam tabrakan dengan truk tangki Pertamina yang membawa BBM premium 24.000
kilo liter yang mogok di tengah rel.
Pada pukul 11.15 WIB mobil tangki yang datang dari arah Tanah Kusir
menuju Ceger bertabrakan dengan KRL di pintu perlintasan nomor 57A Km. 16+974
Pondok Betung Jakarta Selatan.
Diduga palang pintu
tidak berfungsi atau truk mengabaikan sirine palang pintu. Kecelakaan yang
terjadi pada 9 Desember 2013 tersebut terjadi 200 meter dari lokasi Tragedi
Bintaro (tahun 1987 yang menewaskan 156 korban jiwa).
Tabrakan ini menimbulkan kobaran api di seluruh bagian mobil tangki, bagian
depan KRL serta beberapa bangunan dalam radius 15 m.
Banyaknya kecelakaan kereta api Indonesia pada awal
2000an membuat banyak pihak berbenah.
Pemerintah dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan reformasi besar-besaran
demi menekan kecelakaan. Di antaranya adalah dengan mengurangi lintasan
sebidang, memperbanyak jalur ganda, melarang penumpang duduk di atas kereta, one seat one passenger
dan boarding system.
Kecelakaan fatal kereta api tidak hanya dialami Indonesia. Dunia mencatat
banyak sekali kecelakaan kereta api yang merenggut ratusan nyawa.
No comments:
Post a Comment