Tahukah kamu? Bahwa ada banyak sekali komonditas ekspor yang ada di sekitar kita yang mingkin kita tidak sadari bahwa produk tersebut bernilai ekonomis atau mempunyai harga jual. Contohnya sabut kelapa yang saat ini menjadi produk yang di gemari oleh beberapa praktisi ekspor di Indonesia. Mungkin banyak orang yang belum tahu bahwa sabut kelapa juga bisa di ekspor, yang selama ini kita anggap sebagai limbah, sabut kelapa justru dimanfaatkan orang luar sebagai bahan dasar untuk jok mobil ataupun sebagai pupuk tanaman. Sabut merupakan bagian mesokarp (selimut) kelapa, berupa serat-serat kasar. Sabut biasanya menjadi limbah yang hanya ditumpuk di bawah tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk atau kering. Pemanfaatannya paling banyak hanyalah untuk kayu bakar. Secara tradisional, masyarakat telah mengolah sabut untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi keset. Padahal sabut masih memiliki nilai ekonomis cukup baik. Sabut kelapa diolah menghasilkan serat sabut (cocofibre) dan serbuk sabut (cocofeat). Namun produk inti dari sabut adalah serat sabut. Dikutip dari data www.pertanian.go.id/ menuliskan bahwa ekspor sabut kelapa mencapai 1,5 ribu ton senilai Rp 8 miliar dengan negara tujuan terbanyak adalah Cina. Kemudian diikuti pelanggan pasar global lain yakni negara Jepang, Korea Selatan, Sri Lanka hingga Jerman. Di Jerman, sejumlah perusahaan otomotif menggunakan sabut kelapa sebagai salah satu bahan baku jok mobil. Selain itu, sabut kelapa dimanfaatkan sebagai bahan dasar kerajinan, bahan bakar, pupuk organik dan briket, serta sebagai komponen alat penyaring air. Negara China sangat mendominasi sebagai pemesan regular dan unlimited produk ini yang di distribusikan ke perusahaan otomotif (BMW) untuk di sulap menjadi jok yang berkualitas tinggi. Karena kelapa Indonesia merupakan salah satu kelapa yang mempunyai mutu terbaik di dunia selain India dan Vietnam.
Hal di atas merupakan bagian kecil dari produk unggulan Indonesia yang tidak kita sadari bahwa produk tersebut mempuyai nilai guna dan bisa di pasarkan di kancah Internasional. Perlu kiranya kita memahami berbagai literasi terkait dengan ekspor dan impor dan mulai bergerak untuk menjadi bagian dari ekspor dan impor nasional. Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari dunia ekspor ini dengan cara memaksimalkan potensi yang ada di sekitar kita sehingga bisa menjadi produk dengan nilai guna yang tinggi. Atau kita juga bisa menjadi praktisi ekspor impor nasional dengan menyediakan jasa layanan yang komplementer ketika seseorang ingin melakukan kegitan ekspor. Seperti yang di lakukan anak muda dari bandung bernama Ahmad Yosep Muliawan yang saat ini fokus menggeluti dunia ekspor impor produk unggulan dalam negri. Dalam salah satu wawancara beliau mengatakan bahwa “di era serba terbuka saat ini perlu kiranya kita sebagai anak muda mempersiapkan masa depan yang aktual dengan memanfaatkan semua potensi yang ada di sekitar kita untuk menjadi peluang bisnis. Sa’at ini saya berkesempatan menjadi praktisi ekspor impor yang menyediakan berbagai keperluan untuk mobilitas baik ekspor maupun impor”.
Adanya layanan jasa penyedia segala bentuk sertifikasi, forwading, dll. Diharapkan mampu menjawab persoalan masyarakat yang saat ini bingung dan bertanya bagaimana cara mengekspor barang dengan skala rumahan, apa saja yang harus di persiapkan dalam mengekspor barang, dan lain sebainya. Padahal itu semua adalah hal teknis yang sudah barang tentu ada cara dan solusinya. Kecakapan dalam menggunakan teknologi informasi sangat penting untuk melihat sejauh mana perkembangan pasar internasional untuk kemudian kita mencari potensi yang ada di sekitar kita yang bisa kita ambil peluang untuk masuk ke dalam pasar global.
Ancaman resesi 2023 bukan hal yang perlu di takuti melainkan di persiapkan dengan matang melalui stabilitas financial pribadi tentunya dengan terlibat dalam berbagai bidang bisnis yang sangat memungkinkan dan relevan dengan kondisi seperti sekarang ini. UMKM yang menjadi salah satu tiang penyangga ekonomi nasional di harapkan mampu membangkitkan mobilitas ekonomi dalam negeri. Seperti yang di sampaikan Presiden Jokowi dalam pidatonya dalam acara Export BRIllianPreneur 2019 dalam pidatonya dia berharap usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bisa berkontribusi besar terhadap kinerja ekspor Tanah Air Harapan Jokowi bukan tanpa alasan. Pasalnya, bila melihat dari sisi pembiayaan perbankan kepada sektor tersebut, rasio kredit UMKM stagnan selama 5 tahun terakhir. Data Bank Indonesia menyebutkan, kredit UMKM selalu tumbuh di atas total porfotolio pembiayaan perbankan. Per Oktober 2019, sektor tersebut mencatat kenaikan sebesar 9,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 1.042, 2 triliun. Pada saat yang sama funsi intermediasi bank secara total tumbuh 6,6 persen yoy menjadi Rp 5.531,4 triliun.
Direktur PT. Mulia Berkah (Ahmad Yosep Muliawan) menyampaikan bahwa kondisi tahun 2019 masih relevan dengan saat ini dengan adanya konflik negara superior perang antara Rusia dan Ukraina menyebabkan guncangan ekonomi global dan mungkin juga akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. “Untuk itu saya tidak pernah bosan untuk menyampaikan bahwa kita sebagai generasi muda harus ikut andil membantu merealisasikan program-program pemerintah dalam dunia ekspor terutama kepada pelaku AMKM agar produk-produk dalam negeri mampu bersaing di pasar internasoinal.
No comments:
Post a Comment