Anak 9 tahun yang tinggal di Kelurahan Rinding Kecamatan Teluk Bayur Kabupaten Berau itu ialah bocah malang yang masih mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar, pada Sabtu lalu (8/10) pamit untuk bermain dan tragisnya Minggu pagi (9/10) ditemukan tewas mengapung di lubang bekas tambang.
41 hanya memang angka, tapi bagi keluarga adalah duka. potret ini menambah kesedihan kita, bagaimana bisa lubang yang dibiarkan tempat tumpas tragis hanya menjadi pengamatan polemik, tak ada kejelasan hingga pemberantasan. Pun demikian untuk tegas di meja publik.
Meninggalnya Abizar bukan kejadian kali pertama di Kaltim, namun peristiwa ini menjadi catatan hitam pemerinta sebab buruknya penanganan kejahatan Tambang. Hampir seluruh temuan yang menjadi catatan korban bekas galian tambang merupakan para anak-anak yang tak bersalah hingga tewas tanpa pengawas pemerintah dan lemahnya lembaga penegak hukum.
Faktanya, banyak temuan aktivitas kendaraan angkut tambang ilegal masih lalu lalang. Itu menandakan kegiatan tambang liar masi terjadi secara masif. Pemerintah nampak abai dengan apa yang menjadi sorotan publik, tidak dengan tampil simpati, tetapi harap warga berantas serius juga jangan sebatas narasi konsumsi massa.
Batiwakkal, memang menjadi satu dari kabupaten penyumbang daftar tambang liar di Kaltim. selain tempat pulau pariwisata yang indah eks tambang juga menjadi pintu destinasi kematian para anak-anak di Berau. bayangkan saja di tahun lalu publik digemparkan dengan temuan 13 titik tambang liar dan hanya menjadi catatan saku Dinas Lingkungan dan Kebersihan (DLHK) Berau, tanpa adanya upaya tegas. Miris, tapi beginilah kerja keras eksekutor kepala pemerintah.
Oleh : Rijal
Sekretaris KPMKB (Keluarga Pelajar Mahasiswa Kabupaten Berau) Samrinda
No comments:
Post a Comment