Poros Politik Baru Anak Muda Sebagai Goresan Tinta Emas Sejarah Demokrasi Indonesia Oleh : Dibyo Gumelar Al’arighiHMI Cabang Bulaksumur Sleman, Badko HMI Jateng-DIY

KABARMASA.COM, JAKARTA -Pada bulan Maret lalu saat DPR RI menggelar Sidang Paripurna dengan agenda Pembukaan Masa Persidangan IV tahun sidang 2021-2022, Ketua DPR RI Puan Maharani dalam pidatonya menyampaikan bahwa Pemilu 2024 telah ditetapkan bersama oleh DPR dan Pemerintah. Pernyataan tersebut juga menegaskan sikap DPR dan Pemerintah terhadap isu yang santer berhembus tentang penundaan pemilu serentak dan juga perpanjangan masa jabatan presiden-wakil presiden.

Pemilu 2024 jika sesuai dengan rencana yang disiapkan yaitu berjalan serentak akan menjadi sejarah baru dalam demokrasi Indonesia karena Pemilu 2024 adalah pemilu pertama kali yang dilaksanakan serentak. Sesuai dengan rencana yang disampaikan oleh pihak-pihak terkait kepemiluan, Pemilu 2024 akan memiliki banyak tantangan. Mulai dari hal-hal teknis terkait penyelenggaraan hingga keriuhan narasi diudara, sebagaimana kita ketahui pemilihan presiden yang lalu cukup menyisakan banyak permasalahan sosial.

Hal menarik yang ingin saya soroti adalah peran anak muda terhadap pemilu 2024 karena seperti yang diketahui bahwa pada Pemilu 2024 banyak survey yang menunjukan hasil bahwa pemilih mayoritas pada pemilu nanti adalah kelompok anak muda, diprediksi sebanyak sekitar 60 persen dari total suara pemilih. Hal ini juga selaras dengan lonjakan usia produktif di Indonesia yang mana diketahui bersama Indonesia hari ini sedang menuju puncak dari bonus demografi yang diperkiran akan mencapai titik puncaknya pada tahun 2030. Maka sejatinya pemilu 2024 juga menjadi salah satu tantangan bangsa ini untuk mengelola bonus demografi.

Bonus demografi sendiri bisa didefinisikan dengan fenomena dimana suatu negara memiliki penduduk usia produktif yang sangat banyak atau jumlah penduduk usia produktif lebih tinggi daripada  usia non-produktif. Indonesia saat ini sedang mengalami fase tersebut dimana penduduk usia produktifnya lebih tinggi. Jika menggunakan data BPS pada tahun 2019, penduduk usia produktif Indonesia sekitar 67,6 persen. Berkaitan dengan hal bonus demografi maka Pemilu 2024 akan menjadi tantangan tersendiri dimana bisa saja akan menjadi bencana demografi jika pemilu berjalan tidak kondusif.

Kembali pada pemilihan Presiden-Wakil Presiden 2014 yang diwarnai dengan kampanye negatif dan kampanye hitam seolah membuat bangsa ini terbelah menjadi dua pihak, lalu dilanjutkan pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Pada Pilkada tersebut tensi politik sangat tinggi, masa kampanye diwarnai dengan kampanye negatif dan kampanye hitam, lalu diwarnai juga dengan gerakan-gerakan sosial yang tidak hanya diikuti penduduk Jakarta namun oleh berbagai penduduk didaerah lainnya. Puncaknya pada tahun 2019, meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak namun nuansa pembelahan antar anak bangsa karena perbedaan pilihan politik sangat terasa.

Hal-hal tersebut diatas tentu menyisakan permasalahan sosial yang harus diatasi, utamanya oleh anak-anak muda karena seperti digambarkan diatas juga bahwa kelompok anak muda usia produktif lebih dominan. Padahal kita semua memahami bahwa perbedaan dalam politik dialam demokrasi yang kita pilih ini adalah suatu keniscayaan. Seharusnya kita mampu mengilhami dialektika para pendiri republik ini dimana Republik ini berdiri atas dasar toleransi untuk merajut berbagai perbedaan yang ada menjadi sebuah persatuan. Bhineka Tunggal Ika seolah-olah hanya semboyan kosong yang tidak memiliki makna apa-apa dan tidak pernah kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari termasuk saat momen politik.

Tentu kita tidak ingin perselisihan antar anak bangsa terjadi apalagi sampai terjadi pembelahan yang signifikan dan berujung pada disintegrasi bangsa hanya karena perbedaan pilihan politik. Maka dari itu Pemilu 2024 harus menjadi sejarah baik dan goresan tinta emas sejarah demokrasi Indonesia. Suatu kebanggaan jika pelaksaan pemilu serentak pertama kali dijalankan dengan penuh suka cita dan sesuai dengan nilai-nilai kepemiluan yang telah diatur.

Dari uraian diatas kelompok anak muda punya tanggungjawab lebih untuk menjadi bagian penting dalam mewujudkan pemilu yang penuh suka cita dan sesuai dengan nilai-nilai kepemiluan yang telah diatur. Maka dari itu peran aktif untuk mencegah hal-hal buruk yang terjadi pada pemilu sebelumnya harus dijalankan oleh anak muda. Sepertinya tidak berlebihan jika anak muda membentuk poros politik baru yang bersepakat dan berkomitmen penuh untuk menjadi bagian yang berperan aktif mewujudkan pemilu penuh suka cita dan sesuai nilai-nilai kepemiluan agar demokrasi kita menjadi lebih maju dan membuat masyarakat sejahtera. Tentuk poros politik baru ini juga tidak terikat kepentingan partai politik ataupun kandidat yang berlaga dalam pemilu namun bukan berarti hak politik untuk memilih dan dipilihnya dikebiri. 

Beberapa hal yang kemudian menjadi kesepakatan dan komitmen dalam poros politik baru anak muda adalah hal-hal yang berdampak agar nuansa politik tidak menjadi buruk seperti sebelumnya. Dengan menyelenggarakan berbagai diskusi tentang perbedaan-perbedaan, gerakan sosialiasi yang bernilai partisipatif dan kolaboratif bersama dengan lapisan-lapisan masyarakat seperti komunitas, ataupun membentuk asosiasi yang terus menyelenggarakan berbagai kegiatan edukatif tentang demokrasi, politik, dan persatuan. Membiasakan perbedaan dan mengelola perbedaan adalah hal mendasar agar kita memahami esensi dari perbedaan yang memberikan berkah kepada bangsa dan negara ini sedari awal berdiri. Mepertemukan simpul-simpul perbedaan untuk melakukan interaksi adalah hal yang harus kita lazimkan sehingga kita mampu menularkan keseluruh elemen masyarakat bahwa perbedaan itu adalah kekayaan kita bersama. Kita meyakini bahwa kolaborasi adalah dna dari kelompok muda maka jika kolaborasi dilakukan pasti akan menghasilkan hal-hal yang besar, selayaknya para pendiri bangsa semangat kolaborasi sudah mengilhami mereka dan patut untuk kita teruskan. Pada akhirnya poros politik anak muda pasti akan menjadi goresan tinta emas sejarah demokrasi Indonesia yang tumbuh berkembang semakin dewasa. Sejarah itu sejatinya berulang, namun satu hal yang pasti kelompok anak muda selalu hadir. 

Share:

No comments:

Post a Comment






Youtube Kabarmasa Media



Berita Terkini

Cari Berita

Label

Arsip Berita

Recent Posts