Bedanya UMKM dan Startup: Bisakah UMKM Disebut Startup?

KABARMASA.COM, JAKARTA – Perkembangan dunia startup di Indonesia tergolong sangat pesat. Berdasarkan data yang dihimpun dari Startupranking.com, Indonesia menempati posisi kedua setelah India dalam hal jumlah startup. Namun di tengah perkembangan tersebut, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menilai bahwa UMKM dan startup pada dasarnya adalah dua hal yang sama. Realita di atas memicu satu pertanyaan yang sangat fundamental. Apa perbedaan startup dengan UMKM? Untuk lebih memahami perbedaan antara keduanya, berikut pembahasannya.

Produk

Perbedaan fundamental antara Startup UMKM dapat dilihat dari sisi produknya. Produk UMKM umumnya berbentuk fisik dan dapat langsung dinikmati oleh konsumen. Sebut saja seperti makanan, baju atau perhiasan. Kerajinan tangan dan produk-produk kesenian juga banyak yang diproduksi oleh UMKM.

Di sisi lain, produk startup lebih berbentuk digital, seperti software atau aplikasi. Meski demikian, bukan berarti semua startup menjual software. Banyak dari startup yang juga menjual jasa atau produk digital lain, seperti ebook, foto, gambar ilustrasi atau bahkan insight.

Skala Bisnis

Startup pada dasarnya adalah perusahaan rintisan. Karena itu, startup sudah didesain agar nantinya bisa menjadi perusahaan besar. Skala bisnisnya juga tidak terbatas pada tingkat lokal atau nasional. Karena semua aspek dalam startup dirancang agar siap menjadi perusahaan besar, skala bisnisnya sangat mungkin untuk sampai ke ranah internasional.

Sebaliknya, UMKM memiliki skala bisnis yang lebih kecil. Bisnis UMKM pada dasarnya lebih bersifat lokal. Meski ada beberapa bisnis yang dapat berkembang ke tingkat nasional, butuh waktu yang sangat panjang karena desain awal UMKM yang memang tidak untuk menjadi perusahaan besar.

Tujuan dan Cara Kerja

Tujuan yang dikejar oleh startup adalah pertumbuhan yang cepat. Untuk mencapai tujuan tersebut, startup tidak segan-segan untuk menggelontorkan banyak dana, baik untuk pengembangkan produk, akuisisi pengguna baru, atau hal-hal lain yang menunjang pertumbuhan. Itulah kenapa startup begitu royal dalam “membakar uang” dan aktif mencari investor.

UMKM memiliki tujuan yang sangat berbeda. Dibandingkan pertumbuhan, UMKM lebih memilih untuk mengejar keuntungan yang stabil. Hal ini turut berdampak pada perbedaan paradigma berpikir antara startup dan UMKM.

Bagi UMKM, semakin banyak aset berarti semakin banyak keuntungan. Di sisi lain, startup justru berpandangan bahwa semakin banyak aset berarti semakin banyak biaya untuk perawatan dan hal-hal lainnya. Itulah kenapa startup lebih memilih pendekatan kolaborasi atau kemitraan.

Permodalan

Modal startup dan UMKM bisa saja sama-sama dari dana pribadi. Namun pada perkembangannya, startup akan mencari investor yang dapat mendanai pertumbuhan yang ingin dikejar. Hal ini sangat berbeda dengan UMKM yang sebisa mungkin memutar modal dari kantong sendiri.

Akselerasi

Startup memiliki tingkat akselerasi yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan UMKM. Dalam kurun waktu yang sama, pertumbuhan yang dicapai bisa sangat berbeda. UMKM mungkin baru bisa membuka beberapa cabang di pasar lokal dalam kurun waktu 5 tahun.

Namun bagi startup, menjadi pemain nasional dalam kurun waktu yang sama bisa saja dicapai. Hal tersebut tidak terlepas dari perbedaan tujuan, cara kerja dan permodalan yang digunakan antara keduanya. UMKM dan startup memang memiliki banyak perbedaan. Meski demikian, hubungan antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Perbedaan tersebut justru membuat UMKM dan startup bisa saling mengisi. Di satu sisi UMKM menyediakan produk fisik yang dapat dinikmati langsung oleh konsumen, di sisi lain startup membantu para pelaku UMKM untuk menjangkau pasar yang lebih luas.


 

Share:

No comments:

Post a Comment






Youtube Kabarmasa Media



Berita Terkini

Cari Berita

Label

Arsip Berita

Recent Posts